ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. SUNGAI BUDI DI PALEMBANG
ANALISIS
SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BARANG DAGANG PADA PT. SUNGAI BUDI
DI PALEMBANG
Pembahasan :
Pengendalian persediaan barang merupakan suatu masalah yang
sering dihadapi oleh suatu perusahaan, dimana sejumlah barang diharapkan dapat
diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat, dengan ongkos yang murah.
Persediaan barang diperlukan karena dalam pengadaan barang dibutuhkan sejumlah
waktu untuk proses pemesanan barang tersebut. Sehingga dengan adanya permintaan
dalam suatu perusahaan, maka permintaan suatu barang yang datang diharapkan
dapat dipenuhi dengan segera pada saat adanya permintaan barang yang dilakukan
konsumen. Pada bulan-bulan tertentu, PT. Sungai Budi mengalami kehabisan
beberapa persediaan barang yang akan di jual, dikarenakan karena jumlah
persediaan yang sangat sedikit di banding dengan jumlah permintaan konsumen.
Jika perusahaan memenuhi jumlah permintaan konsumen pada saat kehabisan
persediaan, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar.
Kekurangan jumlah persediaan barang juga dapat menyebabkan konsumen beralih ke
perusahaan lain dengan produk sejenis, sehingga dapat mengurangi kesempatan
perusahaan untuk memperoleh laba. kekurangan persediaan barang berupa minyak
Rose Brand dan tepung beras. Permintaan konsumen per tahun atas minyak Rose
Brand sebesar 42.347 dus sedangkan persediaan yang ada hanya 42.100 dus, ini
berarti terjadi kekurangan stok sebesar 247 dus. Dalam 1 dus minyak Rose Brand
terdapat 12 bungkus kemasan. Dan pada persediaan tepung beras per tahun sebesar
2.735 dus sedangkan permintaan konsumen sebesar 2.830, terjadi kekurangan stok
sebesar 95 dus. Dalam 1 dus tepung beras terdapat 20 bungkus kemasan,
masing-masing berisi 500 gram per kemasan.
Jenis persediaan yang dimiliki setiap perusahaan
berbeda-beda, tergantung sifat dan tujuannya.
a.
Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yaitu:
persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu pembatu atau penolong,
persediaan barang dalam /proses, dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual)
b.
Persediaan pada Perusahaan Dagang terdiri dari:
Persediaan perlengkapan (Inventory Of Supplies) dan Persediaan barang dagangan.
(Merchandise Inventory).
Terdapat dua macam sistem pencatatan persediaan, yaitu:
sistem persediaan periodik dan sistem persediaan perpetual dan terdapat tiga
metode yang digunakan untuk dalam menilai persediaan, yaitu: First In First Out
(FIFO), Last In First Out (LIFO), dan rata-rata tertimbang.
Menentukan pesanan persediaan ialah dengan menentukan
berapa banyak jumlah persediaan yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan
kegiatannya. Untuk itu diperlukan metode EOQ (Economic Order Quantity) agar
dapat menentukan kuantitas persediaan yang ekonomis. KuantitasPemesanan Ekonomis (Economic Order
Quantity - EOQ) adalah jumlah persediaan yang di pesan pada suatu waktu yang
meminimalkan biaya persediaan tahunan.
Perhitungan EOQ yaitu: EOQ atau Q H DS2 Keterangan:
Q = Jumlah unit per
pesanan
Q* = Jumlah optimum
unit per pesanan
D = Permintaan tahunan dalam unit
S = Biaya
pemesanan untuk setiap
pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
Tingkat pemesanan kembali (Reorder Point / ROP) adalah
suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat di mana
pemesanan harus diadakan kembali. Cara menghitung titik pemesanan kembali
(reorder point): ROP LTAUSS Keterangan:
ROP = titik
pemesanan kembali
LT = waktu tenggang
AU = Pemakaian
rata-rata dalam satuan waktu tertentu
SS = persediaan pengaman
4.3.1 Analisis Pengendalian Pembelian atau Pemesanan Persediaan
Barang Dagang
Pada PT. Sungai Budi di Palembang, dalam kegiatan
operasional pembelian yang dilakukan selama ini menggunakan anggaran tetapi
anggaran tersebut hanya dibuat berdasarkan perkiraan saja tanpa ada
pertimbangan yang lain, sehingga
tidak ada dasar yang digunakan untuk menetapkan kuantitas pembelian atau
pemesanan. PT. Sungai Budi di Palembang melakukan pembelian dengan perkiraan
saja tanpa menggunakan metode-metode yang jelas. Perkiraan tersebut dilakukan
berdasarkan berapa banyak barang dagangan yang dipesan oleh pelanggan pada
waktu lampau (waktu sebelumnya), sehingga timbullah suatu perkiraan perusahaan
dalam melakukan pemesanan berikutnya.
4.3.2 Analisis Pengendalian
Terhadap Penerimaan Persediaan Barang Dagang
Pada PT. Sungai Budi di Palembang pengendalian terhadap
penerimaan persediaan barang dagang sudah baik, karena barang yang diterima
dari distributor diperiksa dan diteliti kembali. Memeriksa apakah jumlah dan
jenis barang telah sesuai dengan apa yang telah dipesan sebelumnya dan apakah
terdapat barang yang cacat. Jika barang yang diterima ada yang cacat maka
barang tersebut akan di kembalikan. Persediaan yang baru masuk dihitung
kembali, kemudian dicatat ke dalam jumlah barang masuk pada kartu persediaan
dan dimasukkan ke gudang sesuai dengan tempat dan letak posisi barang
tersebut.
4.3.3 Analisis
Pengendalian Terhadap Pengeluaran Persediaan Barang Dagang
Pengendalian
pengeluaran barang dagang pada PT. Sungai Budi di Palembang sudah memadai
karena pengeluaran barang tersebut sesuai dengan Surat Jalan (SJ) yang
diberikan oleh bagian penjualan. Bagian
gudang mengeluarkan barang dan bagian pengiriman mengirimkan barang ke
pelanggan.
4.3.4 Penentuan Pesanan Persediaan Barang Dagang yang
Ekonomis
Perhitungan kuantitas pemesanan optimal dengan menggunakan rumus EOQ untuk tahun 2012, sebagai berikut:
a. Minyak Rose Brand 1 Liter D = 42.347 (Permintaan minyak Rose Brand per tahun)
S = 10.000.000 (Biaya pesanan per pesanan)
H = 5.000 × 12 (Biaya penyimpanan per unit) (50% dari harga Minyak Rose Brand dan dalam 1 dus berisi 12 bungkus kemasan)
yaitu:
=11,271=11 kali pemesanan
4.3.5 Analisis Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Tingkat pelayanan 95% menunjukkan bahwa besarnya
kemungkinan permintaan tidak akan melebihi persediaan selama waktu tenggang
ialah 95%. Resiko terjadinya kekurangan persediaan (Stock Out Risk) hanya 5%.
PT. Sungai Budi di Palembang sepakat menggunakan standar deviasi 5% dengan
nilai 1,65. Untuk perhitungan standar deviasi dapat di lihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.1 Deviasi Minyak Rose Brand Tahun 2012
Menentukan jumlah persediaan pengaman (Safety Stock) Minyak
Rose Brand tahun 2012 sebagai berikut:
Z = 1,65 (Safety Factor)
Σ = 147,783 (Standar
deviasi permintaan)
SS=Zσ
= 1,65 X 147,783 Dus
= 244 Dus
Analisis Kuantitas Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Perhitungan
kuantitas pemesanan kembali dengan menggunakan rumus ROP untuk tahun 2012,
sebagai berikut: a. Minyak Rose Brand 1 Liter
Lead Time (LT) = 5 hari
Berdasarkan perhitungan ROP terhadap Minyak Rose Brand 1
Liter tahun 2012, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat melakukan
pemesanan kembali ketika jumlah stok persediaan sebanyak 305 Dus.
Comments
Post a Comment